Kawan saya menangis.
" Yan bisnis gue di fitnah.. bakso dagangan gue dibilang ada babinya, dan bikin alergi karena mengandung MSG berbahaya ".
Aku kemudian menelusuri sebuah postingan berdalih amar ma'ruf nahi munkar yang diposting seseorang di sosial media, Dan 'dibagikan' oleh beberapa orang di grup Kuliner Lokal dikota kami.
Fatal, krn postingan tdk akurat dan cenderung fitnah itu, lsg diTELAN MENTAH oleh netizen di grup kuliner tersebut.
Foto kulit kaki yang alergi (yang diduga karena makan bakso) dan sebuah lembaran kertas tanpa keterangan detil 'hasil uji lab' bakso.
'Hanya' sederet angka tentang
Kandungan Babi dan Pengawet Kimia dgn angka yang berbahaya.
Sebuah narasi tulisan yang panjang tentang produk bakso.
Sangat menyudutkan.
Memang postingan tersebut tak menyebut brand kawanku secara detil,
namun karena 'petunjuk' yang terlalu teliti, tentang ciri-ciri warung itu.. sangat mengarah pada kawanku
disempurnnakann dgn 'daya tangkap dan daya menyimpulkan' tingkat tinggi para Netizen yang sebagian besar mamah muda dengan waktu ghibah yang banyak..
Membuat postingan 'amar ma'ruf nahi munkar' tentang bakso
tersebut melebar kemana-mana.
Bumbu penyedap ghibah
Tentang dukun penglaris..
Tentang judesnya penjual..
Tentang kekayaan pemilik warung..
Dan lain-lain..
Membuat
Ratusan komen bersahutan..
Ratusan tombol 'bagi' di tekan..
Dan sukses-lah postingan tersebut membuat galau penjualan bakso kawanku dalam 5 hari terakhir.
" Lu yakin kan pentol bakso lu aman? Tanyaku hati-hati.
" Yakin banget yan.. gue juga makan, keluarga gue makan.. masak gue mau membahayakan keluarga gua. Gue punya izin PIRT, dan logo MUI gue baru aja keluar.. ". Isaknya.
" Ehmm.. eh anu.. Lu ga pake dukun kan? " bisikku terbata, meski sebagai sahabat aku mengenalnya dgn baik.
Dia salah satu donatur #RombongSedekah, donatur tak bernama yang selalu memohon untuk disebut 'Hamba ALLAH '.
Dia bahkan tak pernah ingin dikaitkan antara sedekahnya dan warung baksonya.
Hampir 20juta ia mengirim uang untuk menggenapkan pembelian mobil operasional Pengangkut Air Sedekah, karena harga jual mobil sebelumnya tidak cukup.
Ga ada kata-kata: " Tag gue ya yan?! "
Atau
" Kasih logo Bakso gue di Mobil #RombongSedekah ya! ".
Tidak!
Aku mengenalnya sbg muslimah yang memakai 'iklan langit' untuk bisnisnya dgn sedekah.
Aku yakin dia tak berdukun dan tak perlu dukun untuk melariskan dagangannya.
Tapi tetap harus kutanyakan, agar penilaiaanku jauh dari kepentinganku sbg pengelola lembaga #RombongSedekah.
" Ya ALLAH yan.. kagak! Gua tau dosanya dukun-dukunan ". Tambah kencang tangisnya.
Perih..
Kubaca lagi postingan "Hasil Uji Lab" ambigu yang lg nge-hits itu.
Amar ma'ruf nahi munkar..
Aku tarik nafas dalam.
Apa susahnya langsung japri untuk menanyakan kebenaran 'hasil lab pentol' ini dulu ke Pemilik Bakso. Sebelum melakukan review ke sosial media.
Ada beberapa tahap bagi seorang muslim untuk diperkenankan membuka aib saudaranya didepan umum berkaitan dgn kebaikan massal.
Tahapan yang panjang, agar harga diri saudara kita tetap terjaga.
Begitulah cara mencintai saudara kita..
Aku lanjutkan membaca postingan itu..
Hingga akhirnya menemukan bahwa si pemosting ternyata baru saja melaunching franchise Bakso dari sebuah brand baru.
" AstagfiruLLAH "..
Begitu kejam-kah persaingan bisnis saat ini?
Saat ke bank, aku bertemu sahabat lainnya.
" Yan.. lu udah baca berita bakso babi beracun itu.. buset.. haram dah perut gue.. pantas gue juga gatel-gatel makan itu bakso.. kadang gue juga mual.. ".
Aku menatap kawanku lama.
Berita itu benar2 jadi viral dan beracun.
" Bukannya lu emang kaga suka bakso ya? ". Tanyaku.
" Eh.. iya sih.. gue rada alergi ama daging.. ". Jawabnya malu.
" Lha ngapain lu makan di warung bakso itu? ".
" Ya penasaran aja.. abis ngehits banget.. ternyata katanya beracun dan udah diuji lab ".
" Kamu kenal ama yang posting? Kamu pernah uji lab sendiri pentolnya? ".
Dan kawanku mennggeleng.
" Istighfar ya.. alergi makan daging sapi tak seberapa dampaknya.. alergi karena memakan bangkai saudaramu, bisa sampai ke neraka ".
Kasus kawanku diatas, hanya kasus sederhana.
Ini mulai umum terjadi dijaman sosial media yang menggila..
Kita begitu mudahnya termakan testimoni tanpa cek dan ricek.
Testimoni adalah pendapat yang sangat subjektif.
Apalagi berkaitan ttg selera dan latar belakang kepentingan..
Aku sendiri juga belajar.
Yana yang dulu, mudah sekali membagikan berita ga penting (semoga ALLAH mengampuniku)
Antri di puskesmas kelamaan..
Jepret!
Upload..
Kasih caption nyinyir..
Bagi!
Makan soto di warung A, ga enak dan mahal..
Jepret!
Upload..
Kasih caption nyinyir..
Bagi!
Belom lagi tombol 'share dan bagi' yang sering ku tekan pada postingan-postingan negatif..
Menebar kebencian..
Membagi kemarahan..
Aku mau apa?!
Aku kadang lupa..
Jika aku menjadi bagian dari 'fitnah berjamaah' tanpa SOLUSI..
Dan aku jadi bagian dari 'jalan' hancurnya seseorang.. dan dia tidak ridho di akhirat kelak..
Ia tidak saja punya 'golden card' dari ALLAH untuk mendoakan keburukan buatku.. dan di ijabah! Karena aku mendzalimi-nya!
Dengan amalanku yang pas-pas-an..
Dan dosaku yang memenuhi catatan..
Sungguh betapa bangkrutnya aku di akhirat..
AstagfiruLLAH
Tulisan ini..
Khusus untukku..
Cuma untukku..
Jaga jarimu Yana!
Jaga prasangkamu!
Jika tak ada nyalimu dan tak ada keinginanmu untuk menyelesaikan sebuah masalah pada sebuah kemungkaran..
Cukup disitu saja!
Karena monyet juga bisa jika hanya menekan tombol bagi!
Yana Nurliana